Situs ini bertujuan untuk mengumpulkan semua situs karya Imam Indra Prayudi yang gentayangan di internet
This site purpose is to collect all sites created by Imam Indra Prayudi currently online
Java adalah platform pengembangan aplikasi yang popular terutama untuk enterprise karena kemampuannya untuk menangani load yang besar. Selain itu, komunitas Java yang besar melahirkan inovasi yang semakin memudahkan pengembangan dan memperkaya fitur aplikasi Java. Selain itu, Java bisa digunakan secara bebas sejak pertama kali dirilis oleh Sun Microsystem di tahun 1996. Namun dalam perkembangannya, Sun Microsystems kemudian diakuisisi oleh Oracle, termasuk Java yang otomatis mengubah roadmap pengembangannya. Pada awalnya Oracle masih meneruskan pengembangan Java seperti saat masih dilakukan oleh Sun Microsystems. Rilis Oracle Java pada mulanya praktis hanya mengganti label, dan tetap bisa digunakan secara bebas baik untuk pengembangan maupun saat aplikasi sudah digunakan (production).
(Source: spinnakersupport.com)Semuanya berubah saat Oracle mengumumkan perubahan lisensi Java mulai tanggal 16 April 2019. Mulai saat itu, Oracle Java (JDK/JRE) tidak lagi bebas digunakan, khususnya untuk lingkungan production. Ini berlaku untuk mulai Java versi 9 ke atas (sampai versi 16). Untuk versi 8 situasinya sedikit membingungkan karena perubahan ini berlaku di tengah Java 8 masih dikembangkan/didukung. Lisensi yang berlaku untuk Oracle Java 8 terbagi dua:
Sementara itu, Oracle Java 17 dan seterusnya kembali mengalami perubahan lisensi menjadi NTFC (No-Fee Terms and Condition) yang Kembali membebaskan penggunaan Oracle JDK di lingkungan production sampai tiga tahun setelah rilis (setahun setelah rilis Java LTS berikutnya). Penggunaan versi yang dirilis setelah jangka waktu tersebut akan menggunakan lisensi OTN alias berbayar. Untuk saat ini, Oracle JDK 17 masih berlisensi NTFC hingga bulan September 2024.
Seperti yang diketahui Java (source code) berlisensi GNU GPL (General Public License) alias free and open source dengan nama OpenJDK. Oracle juga merilis versi OpenJDK Builds by Oracle yang bebas digunakan untuk apapun, namun hanya didukung selama enam bulan sejak rilis. Saat ini ada banyak organisasi/vendor/perusahaan yang merilis versi JDK mereka sendiri berbasis OpenJDK, di antaranya:
Selain bisa digunakan secara bebas, terdapat juga pilihan untuk mendapatkan dukungan (support) komersial, jika diinginkan, dari masing-masing vendor. Sementara untuk Temurin tersedia beberapa pilihan support komersial. Pengguna distro Linux seperti Ubuntu juga bisa menggunakan OpenJDK official dari distro masing-masing.
Pada tahun 2021, Snyk JVM Ecosystem Report menunjukkan AdoptOpenJDK (sekarang Temurin by Eclipse Adoptium) menjadi JDK dengan penggunaan terbanyak di lingkungan production. Pada sebuah survey yang diadakan pada tahun 2022, Oracle OpenJDK menjadi yang paling banyak digunakan. Sedangkan menurut New Relic di tahun 2023, Amazon Corretto adalah JDK yang paling banyak digunakan.
Microsoft adalah penguasa komputer pribadi (PC). Sistem operasi Windows buatannya adalah sistem operasi yang sangat dominan, dipakai hampir 90% pengguna. Di sisi lain, penggunaan komputer pribadi sekarang ini terus menurun. Kebanyakan pengguna beralih ke perangkat ponsel pintar (smartphone), yang didominasi sistem operasi Android dari Google. Upaya Microsoft untuk menembus segmen ini gagal, dan pengembangan sistem operasi Windows Mobile/Windows Phone telah dihentikan sejak tahun 2017. Jadi, dominasi Microsoft di sistem operasi desktop menjadi kurang berarti lagi, sebab platform komputasi sekarang lebih dominan di mobile, yang didominasi Google (Android).
(Sumber: zdnet.com)Sementara itu, sistem operasi terbaru dari Microsoft, Windows 10, seakan dijadikan sebagai versi paripurna atau pamungkas, karena penggunanya akan terus menerus diperbarui ke versi terakhir secara otomatis tanpa biaya tambahan. Artinya, Microsoft hanya mendapat pendapatan dari pengguna baru saja. Ke depannya, Microsoft akan lebih mengandalkan pendapatan dari bisnis cloud, baik itu IaaS (Azure) atau SaaS (Microsoft 365 d.h. Office 365). Bisnis ini berbasis subscription (langganan) sehingga pemasukan akan didapatkan secara berulang (recurring). Di sisi lain, pengembangan Microsoft Windows 10 harus terus berjalan, yang tentunya tidak kalah kompleks dengan pengembangan aplikasi seperti Microsoft Office.
Pengembangan Microsoft Windows 10 berbeda dengan versi-versi sebelumnya. Pengguna akhir diundang menjadi penguji (tester), yang menimbulkan spekulasi bahwa Microsoft diam-diam mengalihkan tugas pengujian dari “profesional” ke “amatir” (gratisan). Banyak pengguna yang mengeluhkan kualitas rilis Microsoft Windows 10 yang menurun dibandingkan versi-versi sebelumnya. Di sisi lain Microsoft tidak lagi “alergi’ dengan open source khususnya Linux. Setelah sempat menyatakan bahwa “Linux adalah Kanker”, Microsoft sekarang dengan bangganya mengumandangkan jargon “Microsoft Linux“. Selanjutnya, Microsoft melakukan langkah-langkah “PDKT” dengan dunia Linux dan open source, di antaranya:
Semua itu tentu saja menimbulkan pertanyaan berikutnya: sejauh mana Microsoft akan terlibat dalam Linux dan open source? Dengan bergesernya bisnis Microsoft dari Windows/Office (standalone) ke Azure/Microsoft 365 maka penguasaan sistem operasi yang terinstalasi pada perangkat menjadi tidak signifikan lagi apabila aplikasi yang berjalan di atasnya berbasis web. Untuk aplikasi web, MIcrosoft sudah meninggalkan pengembangan inhouse-nya untuk menggunakan Chromium, yang merupakan projek open source yang diinisiasi Google, sebagai basis. Microsoft juga telah menghentikan pengembangan Windows Phone untuk menambahkan fitur konektivitas Android ke dalam Windows, bahkan menambahkan kemampuan menjalankan aplikasi Android di dalam Windows terbaru. Belum lagi Windows Subsystem for Linux dan distro Azure Linux membuktikan Microsoft sudah tidak asing dengan pengembangan kode sistem operasi Linux. Kemudian platform .Net yang kini open source dan bisa digunakan untuk mengembangkan aplikasi berbasis Linux melengkapi stack yang dibutuhkan dalam mengembangkan sistem operasi berbasis Linux secara lengkap. Apakah ini akan berujung pada Microsoft Windows berbasis Linux di masa depan masih menarik untuk ditunggu.
Setelah kabar terakhir bahwa Indosat Ooredo Hutchinson (IOH) mengakuisisi MNC Play dengan istilah “mengambil alih” para pelanggannya, semakin terbuka arena pertempuran baru para operator seluler (opsel). Tren integrasi dan konsolidasi antarperusahaan dan antarlayanan semakin intensif sejak tahun lalu. Dua area bisnis yang sebelumnya sepenuhnya terpisah, antara mobile (broadband) internet dan fixed (wired) internet sekarang mulai terintegrasi dengan istilah Fixed Mobile Convergence (FMC). Dimulai dengan XL Axiata yang menggelar layanan XL Home Fiber di tahun 2018, yang kemudian diintegrasikan dengan layanan mobile internetnya dengan nama XL Satu. Di awal tahun 2023 ini, Telkom mengalihkan bisnis fixed internet IndiHome kepada anak perusahaannya, Telkomsel. Tak lama kemudian, Telkomsel menawarkan layanan Telkomsel One yang mengintegrasikan layanan IndiHome dan Telkomsel.
Sebelum langkah Telkom dan Telkomsel mengintegrasikan bisnis internet fixed dan mobile ini dilakukan, XL Axiata sudah bergerak lebih dulu dengan mengakuisisi LinkNet, yang merupakan penyedia layanan FirstMedia. Setelah kabar IOH mengakuisisi MNC Play (yang sebelumnya sempat diberitakan akan mengakuisisi LinkNet) lengkap dengan kabar jumlah pelanggannya akan melewati XL Axiata, muncullah kabar bahwa XL akan mengakuisisi pelanggan FirstMedia dan menjadi provider terbesar kedua di Indonesia. Sejauh ini belum ada kabar integrasi layanan IOH dan MNC Play/HiFi, meskipun besar kemungkinan itu akan terjadi di masa yang akan datang. Jangan lupa juga bahwa grup usaha Smart juga memiliki layanan mobile (Smartfren) dan fixed internet (MyRepublic) meskipun selama ini belum ada integrasi di antara keduanya. Perkembangan FMC di masa datang hampir dipastikan adalah kelanjutan dari kompetisi di sektor mobile antara empat operator yang ada di Indonesia. Bagaimana ini akan mempengaruhi persaingan di bidang fixed internet, terutama bagi provider yang tidak dimiliki atau bekerja sama dengan operator seluler patut ditunggu perkembangannya di masa depan.
Secure Socket Layer (SSL) adalah teknologi yang melakukan enkripsi (pengacakan) lalu lintas data pada situs web. Menambahkan SSL berarti mengamankan data-data yang masuk dan keluar, di antaranya nama pengguna dan kata kunci (password), dan untuk situs e-commerce, data pembayaran seperti nomor kartu kredit. Dengan semakin meluasnya penggunaan internet, risiko pencurian data semakin besar dan penggunaan SSL semakin diperlukan sebagai salah satu langkah pencegahan pencurian data pada situs web. Namun demikian, penerapan SSL ini memerlukan jaminan berupa sertifikat yang dikeluarkan/ditandatangani oleh badan/insitusi berwenang. Sertifkat SSL yang resmi dan diakui berbayar, dan punya masa berlaku tertentu, biasanya satu tahun, yang setelahnya harus diperbarui. Untuk keperluan pengembangan, biasanya menggunakan sertifikat buatan sendiri (self-signed) yang tidak diakui saat diakses di internet.
(Image by rawpixel.com on Freepik)Karena berbayar, maka penerapan SSL dulu biasanya terbatas pada situs-situs komersial. Sementara itu, browser seperti Google Chrome dan Mozilla Firefox mulai “mewajibkan” penggunaan HTTPS/SSL sejak tahun 2017. Untungnya, saat ini sudah muncul beberapa inisiatif untuk menyediakan sertifikat SSL secara gratis. Beberapa provider yang menyediakannya antara lain Let’s Encrypt dan ZeroSSL, dan juga Cloudflare. Dari ketiganya, Cloudflare yang paling mudah digunakan karena SSL otomatis dikonfigurasikan dan hanyalah salah satu dari fitur utama Cloudflare yaitu Content Delivery Network (CDN). ZeroSSL menyediakan layanan yang otomatis menerbitkan sertifikat SSL dan private key yang tinggal diisikan pada control panel hosting. Sementara Let’s Encrypt adalah layanan SSL gratis terpopuler, namun hanya menyediakan layanan yang sangat basic dan memerlukan usaha ekstra hanya untuk menerbitkan sertifikat SSL (memerlukan akses ssh ke server hosting). Biasanya, layanan SSL dengan Let’s Encrypt diberikan sebagai fasilitas pada web hosting berbayar (untuk paket versi ekonomis) dan akan diperbarui secara otomatis setiap 90 hari. Bagi pengguna web hosting yang tidak menyediakan fasilitas SSL gratis (biasanya penyedia hosting gratis), namun menyediakan fitur untuk memasukkan sendiri sertfikat dan private key, Anda bisa menggunakan Let’s Encrypt untuk menerbitkan sertifikat SSL sendiri menggunakan beberapa tools yang tersedia online, seperti SSLforFree, PunchSalad SSL Generator, atau PichisHost SSL Generator.
Hosting gratis seperti ByetHost (dan whitelabelnya, MyOwnFreeHost) tidak menyediakan SSL built-in, namun bisa ditambahkan sendiri menggunakan control panelnya. Sebagai contoh, Anda bisa menggunakan PichisHost SSL Generator.